Dapat Kerja Susah: Fakta atau Kenyataan? (awas.... baca yg bener)

Banyak yang bilang dapet kerja itu gampang. Tapi berdasarkan percakapan dan browsing di internet, sepertinya lebih banyak yang mengatakan bahwa dapet kerja itu susah. Kenapa susah? Saya juga ga tau kenapa, karena sampai sekarang saya juga belum dapat jawabannya alias masih nyari kerja juga.

Sedikit kilas balik ya. Sekitar minggu kedua September 2016 saya resign dari tempat bekerja yang lama. Selama 1 tahun 2 bulan saya bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi aluminium (ga perlu saya sebutlah ya nama perusahaan dan merk namanya. Ntar ketauan). Tak hanya produksi, perusahaan ini juga menyediakan jasa pemasangan aluminium dan kaca. Aluminium yang diproduksi ini memang ditujukan untuk rumah-rumah elit, contohnya perumahan di Pantai Indah Kapuk, Fatmawati, Kemang, dll. Tapi ada juga aluminium yang ditujukan untuk bangunan. Contoh bangunan yang menggunakan aluminium ini adalah Universitas Multimedia Nusantara, Kompas, dan sebagainya. Yak, singkat cerita ada banyak hal di dalam internal yang bertentangan dengan hati nurani saya, sehingga memutuskan untuk resign.

Saat saya resign, 90% karyawan bahkan manager di sana kaget. Mereka ga menyangka saya akan resign. Mereka juga ga mendengar ada desas-desus kalau saya mau resign. Saya pun ga pernah cerita-cerita ke mereka. Sebenarnya, planning untuk resign sudah saya rencanakan jauh-jauh hari. Ketika satu bulan bekerja, saya memang mau resign tapi masih saya tahan karena saya tidak mau pindah-pindah tempat kerja terlalu cepat. Sekitar awal tahun 2016, saya sudah mulai kirim-kirim aplikasi/lamaran kerja. Memang sih ada beberapa panggilan sampai saya harus izin, namun saya tidak bilang kalau ada interview kerja. Tidak ada satupun rekan kerja yang curiga. Mereka hanya bercanda saat saya izin, "Ke mana Lo? Mau interview di mana? Ikut dong!" Bercandaan seperti itu sudah biasa karena jujur aja, tidak ada karyawan yang betah bekerja di sana.

Waktu terus berjalan, tapi saya masih belum dapat kerja juga. Akhirnya mama saya bilang, "Udahlah resign aja. Ga usah nungguin kerjaan baru dulu kalau memang belum dapat. Nanti pasti dikasih kerjaan lagi kok." Ya memang sih saya masih tinggal sama orangtua, jadi semua kebutuhan masih tercukupi. Tapi saya ga maulah bebanin orangtua. Prinsip saya, usia segini harusnya sudah bisa beli semua kebutuhan sendiri. Palingan hanya makan yang minta sama orangtua (malah kalau bisa udah bisa beliin beras buat orang rumah). Eh, tiba-tiba ada kenalan yang minta tolong saya untuk bantu usaha beliau. Beliau punya usaha garment. Tahun lalu juga beliau pernah minta tolong saya untuk bantu, seperti bantu pemasaran. Tapi karena masih kuliah lalu bekerja di tempat lain, saya takut ga kepegang. Akhirnya, saya terima tawaran beliau dan saya resign dari kantor lama.

Fuh... Sampai akhir Desember 2016 (tepat saat saya menulis blog ini) belum ada pencerahan. Saya sampai browsing untuk cari tips agar saya bisa diterima kerja dengan mudah karena selama ini saya hanya dipanggil interview tanpa ada lanjutannya. Setelah browsing, saya rasa ga ada yang salah sama diri saya. Kayaknya saya udah memenuhi semua tips yang ada diinternet deh. Tapi.... kenapa belom diterima kerja ya? :'(

Sebagai sosok yang tak pernah patah arang (ciaelah), saya mencoba bertanya-tanya ke orang-orang yang sepengetahuan saya bekerja di perusahaan besar atau setidaknya perusahaan tersebut bisa dibilang oke deh. Singkat cerita, mereka bilang perusahaan mereka sedang tidak banyak membutuhkan karyawan untuk stay di office. Mereka lebih banyak butuh tenaga teknisi atau sales. Hmm... Sulit sekali ya.

Saya juga coba berdiskusi dengan beberapa teman akrab sewaktu kuliah. Tanya-tanya kali aja di tempat mereka kerja ada lowongan. Ada satu teman saya yg sudah resign saat saya masih bekerja di kantor lama dan sekarang teman saya itu balik lagi ke kantornya yang lama karena udah frustasi cari kerja di tempat lain (ya ampun...). Dia mengatakan bahwa susah sekali untuk mendapatkan pekerjaan. Rata-rata perusahaan maunya otak expert, tapi gaji minim.

Saya juga coba chatting dengan adik tingkat di kuliah. Sebagai sesama job seeker, kami saling bertukar info lowongan kerja. Terkadang jika tertarik, kami apply di tempat yang sama meskipun pada akhirnya tetap tidak dipanggil. Fuh...

Lalu pada suatu kesempatan, disaat saya hopeless dan tidak tau lagi harus apply di mana, saya bercakap-cakap dengan Ibu Herlina Permatasari. Beliau adalah Executive Vice President divisi HR PT. SOHO Global Health (saya kurang paham jabatan beliau, tapi saya benar-benar berterimakasih untuk percakapan singkat namun sangat berkualitas). Beliau mengatakan bahwa saat ini memang bisa dikatakan sebagai moment yang sulit untuk para pencari kerja. Persaingan semakin ketat, lulusan baru semakin banyak (ini nih...), dan kualifikasi semakin tinggi. Apalagi banyak orang yang punya kemampuan yang sama (yah, susah deh). Hmm... Tapi beliau sempat berbagi kisah bahwa beliau pun kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang benar-benar berkualitas (nah, bukan job seeker aja yang merasa sulit). Pernah suatu ketika beliau harus mewawancarai banyak orang untuk menempati posisi manager. Hmm.... :'(
Diakhir percakapan, beliau berpesan agar terus berdoa dan berusaha. Maksud dari kata "berusaha" adalah terus mencari peluang. Tetap bermimpi untuk mendapatkan perusahaan besar. Biarpun dapat posisi/jabatan sebagai pemula di perusahaan besar, ambil saja, karena itu adalah peluang yang besar untuk masa depan karir kita.

Percakapan singkat tersebut masih saya ingat sampai sekarang. Saya pun kembali mencoba memasukki aplikasi/lamaran kerja di jobstreet, jobsdb, dll. Saya pun menghubungi teman-teman kuliah untuk kembali menjalin koneksi dengan mereka. Ketika saya chatting dengan salah satu teman kuliah, dia (teman saya ini) berkata dia juga mencari kerja. Dia cerita, "Gw belom lama resign. Gw ga bisa dapet fasilitas dan tunjangan yang sesuai dengan pekerjaan gw." Ups, cerita lama terungkit kembali. Saya sering sekali mendengar cerita seperti ini. Saya paham posisi perusahaan tersebut, pasti mereka ingin menekan biaya sebesar-besarnya. Tapi saya juga paham gimana perasaan para karyawan yang merasa haknya tidak tercukupi. Lagu lama...

Belum habis cerita saya mengenai topik ini. Tapi satu hal yang saya simpulkan adalah mendapatkan pekerjaan itu mudah, tapi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita itu yang tidak mudah. Memang ada orang yang bilang, "Kerja tuh jangan pilih-pilih. Ga usah liat gaji, ga usah peduli jabatan. Yang penting kerja yang bener, jujur, dan bertanggung jawab." Menurut saya, ini prinsip ini benar dan salah. Kalau orang yang tidak peduli dengan masa depannya (atau bisa jadi udah hopeless), mungkin mereka bisa menerima statement tersebut. Tapi untuk orang yang bersemangat, aktif, dinamis, dan kreatif tentu mereka tidak mudah menerima statement tersebut. Mereka punya cita-cita dan harapan yang tinggi untuk mengukir masa depan.

So, kamu yang mana : hopeless person atau hopeful person ?


Komentar

  1. Artikel yang sangat bermanfaat dan menambah motivasi bagi para job seeker...

    BalasHapus
  2. Terus skrg gimana bang? Udah dapet kerja?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Ikut Rekrutmen di OCBC NISP (part 2)

Cerita Jujur dari Seorang RM Funding (1)

Pengalaman Ikut Rekrutmen di OCBC NISP (part 1)